"learning by doing"

Saturday 31 December 2011

Posted by JendelaIlmu21 on 11:15 in | No comments
Aku lupa ni kapan tepat waktunya, saat itu ada salah satu teman aku yang neneknya meninggal. Namanya Lukman teman satu bangku kuliahku.  Dia memang orang yang rajin,  apalagi dia sudah terkenal sampai ujung dunia akan  keahliannya membuat seni Kaligrafi. Bahkan pernah menjadi ddelegasi UGM untuk mengikuti MTQ Nasional di Makasar 2010 lalu.


Hari itu juga . Aku dan beberapa teman-temanku berencana untuk bertakziyah ke Semarang, kekeluaragaan di jurusanku begitu kental. Jiwa sosial kami memnag sangat tinggi. Terlihat dengan beberapa agenda silaturrahmi ke rumah temen-temen kuliah yang da di sekitar Jogja.


Waktu menunjukkan pukul 12.00 aku harus kembali ke kos untuk mempersiapkan apa saja yang akanku bawa menemani diriku ke Semarang. Siang itu panas begitu menusuk kulit. Aku nebeng temenku (red-hifdzi), tapi sama aja aku yang goncengin dia.hehe. Motorku agak kurang sehat gak tau kenapa rantainya sering bunyi srek-srek jadi aku khawatir kalau terjadi apa-apa untuk jarak Jogja-Semarang.


Jam 13.30 kami berangkat. Meskipun hujan turun begitu lebat tak membuat jiwa simpati teman-teman Sastra Asia Barat UGM putus. Hujan reda saat kami sampai di Kalasan, Prambanan. Kami memang berencana lewat boyolali, karena hujan yang begitu deras tadi kemungkinan kalau lewat di jalan Yogyakarta-Mageang ada Lahar Dingin
 

Kami berjalan menuju ke arah timur meskipun yang sebenarnya menuju kearah utara, tap tak apalahlah. Demi keamanan. Saya pikir ini perjalanan yang jauh dan pasti akan menguras tenaga yang sangat banyak. Apalagi mboncengin Hifzdi yang nitabene bisa dibilang ,.,, mahasiswa tersubur di angkatanku . hehe


brummm.....brumm.....
Sampai di klaten. Sampai diterminal rombonganpun ada yang tercecer. Mungkin ga tau jalan atau entah gmana. Dialah mas Doni anak jawa timur. Memang kakak kelas ini selalu aktif apabila di ajak jalan-lan (eh bukan, ziarah maksutnya) kerumah temen-temen sastra arab.


Ketika sampai di sekitar kecamatan Delanggu Klaten, tiba-tiba ban belakang motor yang aku kendarai bocor. Tanpaku kendalikan dengan sendirinya motornya yang aku kendarai ke tepi jalan. Untung saja dari belakang ga ada kendaraan yang melintas. Kalo ada ga mungkin keadaan yang membahayakan akan menimpaku sama Hifdzi.

Untung saja tak jauh dari tempat itu ada tempat tambal ban. Tukang tambal menyarankan agar mengganti ban dalam. " Mas ban motor dalamnya dah penuh dengan tambalan, harus diganti. Sangat berbahaya kalo untuk perjalanan jauh", jelas Tukang tambal b maan dengan logat jawanya. Pikirku ada-ada aja mask harus ngeganti ban dalam yang notabene harganya lumayan mahal.



Saat kami susah-susah sepertiini. Degan santai-santainya teman2 yang laen malah menyantap mei ayam. Bhhhhhhh


Mendung mengepung. kami berdoa aja semoga samapi di Semarang cuaca masih bersahabat. Kami terus melanjutkan perjalanan. Sampai di Boyolali aku dan penumpangku Hifzi harus beli spion. Maklum satu spion di Semarang akan mendapatkan hukuman perdata atau pidana (istilah anak hukum ni). KArena aku baru banyak uang aku yang beliin spionnya.haha.


Jam meunjukkan pukul 03.30 kami belom sholat. Kami tertinggal jauh sama barisan terdepan. Siapa lagi kalau bukan yang namanya Dek Koko, mentang-mentang punya motor gede langsung lingggalin aja kami yang susah payah megejarnya. Kami putuskan istirahat shalat dulu di masjid yang ada di sekitar jalan solo-semarang tepatnya di daerah Salatiga. Kebetulan kakak angkatan kami yang baik hati Mas Doni menemani kita di barisan yang paling belakang .


Kami melanjutkan perjalanan,., memang jarak kami begitu jauh dari barisan paling depan. Entah mereka sengaja meninggalkan kami atau tidak. bruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuummmmmmmm...........
Aku menggenjot gas motorku sekenceng mungkin, sengaja agar bisa menyusul Dek Koko dan kawan-kawan.


Akhirnya aku, hifdzi, Mas doni berhasil mengejar mereka di sebuah Pom bensin. Hujan mualai turun begitu deras. Sembari menunggu ada yang mengisi bensin,  aku pergunakan waktu sedikit ini untuk beristirahat.


Sebelum kami sampai di rumah Lukman beberapa kali kami nyasar. Kota Semarang begitu padat sekali. Sampai sampai kita hampir sampai di bandara Ahmad Yani. Padahal rumah Lukman di Ungaran.

Duaaarrr. Petir menyambar-nyambar dengan hujan yang begitu lebat. Akhirnya sampai di rumah lukman sekitar waktu Isya.

0 komentar:

Post a Comment

Search Our Site

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter